Ada empat
faktor produksi pertania yaitu:
1.
Alam,
2.
Tenaga kerja,
3.
Modal,
4.
Pengelolaan (manajemen).
Faktor produksi alam
dan tenaga kerja
sering disebut sebagai
faktor produksi primer, faktor produksi modal dan
pengolaan disebut faktor
produksi sekunder. Ada literature menambahkan faktor
produksi Teknologi sebagai
faktor ke lima.
Namun disini dinyatakan
bahwa faktor teknologi
itu bukan terpisah, dia hadir
atau meresap masuk ke masing-masing
faktor produksi di atas. Ada
teknologi yang berkenaan dengan alam, ada teknologi tersendiri
dalam tenaga kerja,
dalam modal dan
dalam manajemen.
Dengan
demikian faktor-faktor produksi tetap empat.
1.
Faktor Produksi Alam
Faktor produksi alam
terdiri dari terdiri
dari : Udara,
Iklim, Lahan, Flora
dan Fauna. Tanpa faktor
produksi alam tidak
ada produk pertanian.
Tanpa tanah/ lahan,
sinar matahari, udara dan
cahaya tidak ada
hasil pertanian. Orang
yang kurang memahami proses produksi
pertanian menganggap faktor
produksi yang tidak
langka atau tidak terbatas (unscarcity) seperti udara,
cahaya adalah tidak termasuk faktor produksi.
Tanah/lahan yang bersifat langka/terbatas (scarcity) adalah sebagai
faktor produksi. Pada era sebelum Masehi tanah ini juga belum bersifat
scarcity, sama halnya dengan udara dan cahaya.
Air di beberapa
daerah masih bersifat
unscarcity, namun di
beberapa daerah sudah scarcity,
karena itu dibangun irigasi, sprinkle dan kadang-kadang harus
diciptakan hujan buatan.
Pada pertanian yang
sangat primif orang menerima tubuh
tanah, jenis tanaman/hewan seadanya. Pertanian
ilmiah telah memakai
kekuatan otak untuk
meningkatkan pengendalian terhadap semua faktor yang mempengaruhi
produksi tanaman/hewan. Pada tahap awal
timbulnya pertanian, faktor
lahan bersifat unscarcity,
makin lama sifatnya menjadi
scarcity. Tuhan hanya
sekali menciptakan lahan/tanah,
manusia bertambah banyak, lahan
menjadi barang rebutan.
Orang yang kuat
merebut atau berkemampuan tinggi
memiliki lahan luas,
orang yang lemah
memiliki lahan sempit. Inilah awal dari timbulnya
ketimpangan pemilikan lahan. Pemilikan
atau pengusahaan lahan
bermacam-macam. Dalam fasal 33 UUD
dikatakan tanah dikuasai oleh negara. Menurut hukum agraria dikenal
hak-hak atas tanah antara lain adalah:
1.
Hak milik
2.
HGU (Hak Guna Usaha) 3. HGB (Hak Guna Bangunan)
3.
Hak pakai
4.
Hak membuka tanah
5.
Hak tanah ulayat
6.
Hak tanah adat
7.
Hak sewa
8.
Hak memungut hasil hutan.
9.
Hak eigendom
10.
Hak erfpacht
11.
Hak tanah opstal.
Tanah/lahan
dalam arti sesungguhnya bukan termasuk modal, karena tanah bukan buatan manusia
atau hasil produksi. Orang awam menganggap
tanah sebagai modal utama atau satu-satunya modal bagi petani. Hal ini
karena tanah mempunyai fungsi sosial dan fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi dari
tanah adalah:
1.
Dapat diperjual belikan
2.
Dapat disewakan,
3.
Dapat dijadikan jaminan kredit.
Areal tanah
di pinggiran kota
atau di dekat
proyek industri/pemukiman, saat
ini sudah banyak diperjual
belikan yang kemudian
lahan pertanian beralih
fungsi ke lahan
non-pertanian. Harga tanah
per m² di
lokasi tersebut cukup
tinggi dan menggiurkan, sehingga petani pemilik tanah
menjualnya. Petani menganggap lebih
beruntung tanah itu dijual daripada
diusahakan sebagai lahan pertanian. Bila tanah sudah beralih fungsi, maka
tingkat kesuburan tubuh tanah tidak berarti lagi. Tidak ada atau sangat langka
tanah/lahan nonpertanian beralih fungsi ke tanah/lahan pertanian. Antar sesama
petani juga sering
terjadi transaksi jual
beli tanah yang
belum beralih fungsi. Menyusul
ada pula penduduk kota membeli lahan
pertanian, ini juga menambah ketimpangan pemilikan lahan. Ada petani yang dulunya memiliki lahan beberapa hektar, akhirnya dia berubah
status menjadi petani penyewa atau buruh tani. Mengapa orang kota mau membeli
lahan ke desa? Orang kota tahu bahwa membeli lahan dan mengusahakannya bagi
dia tidak layak
kalau dihitung IRR
atau B/C Rationya.
Namun
keputusannya tetap membeli sebidang lahan karena:
a.
Sifat berjaga-jaga.
b.
Sifat harga tanah
makin lama makin tinggi.
c.
Jumlah/luas lahan
bersifat scarcity.
d.
Menyimpan harta,
tanah tidak dapat terbakar, mudah mengurusnya, sulit dicuri orang.
e.
Meningkatkan status
sosial/gengsi/ dan kesejahteraan rohaninya.
2.
Faktor Produksi Modal
Modal dalam
arti ekonomi adalah
hasil produksi yang
digunakan untuk menghasilkan
produksi selanjutnya.
Von Bohm-Bawerk menjelaskan
sebagai berikut: Segala
jenis
barang yang
dihasilkan dan dimiliki masyarakat disebut kekayaan masyarakat. Kekayaan
itu
digunakan:
a.
Sebagian untuk
konsumsi.
b.
Sebagian untuk
memproduksi barang-barang baru, inilah yang disebut modal masyarakat
atau modal sosial.
Perkataan modal atau
kapital dalam arti
sehari-hari digunakan dalam
bermacam arti,
yaitu:
a.
modal sama
artinya dengan harta kekayaan seseorang.
b.
modal dapat
mendatangkan penghasilan bagi si pemilik modal, dan ini terlepas dari
kerjanya.
Menurut
sifatnya modal dibagi menjadi:
1.
1. Modal tetap
adalah barang-barang modal
yang digunakan dalam
proses produksi yang dapat
digunakan beberapa kali. Meskipun
akhirnya modal itu tandas atau
habis juga, tetapi
sama sekali tidak
terhisap dalam hasil. Contoh
modal tetap : mesin, bangunan, alat-alat pertanian.
2.
Modal bergerak
adalah barang-barang
modal yang dipakai
dalam proses produksi dan
habis terpakai dalam
proses produksi. Contoh
modal bergerak: pupuk, bahan bakar, bahan mentah.
3.
Faktor Produksi Tenaga Kerja
Dalam ilmu
ekonomi, yang dimaksud
dengan tenaga kerja
adalah suatu alat
kekusaan fisik dan otak manusia
yang tidak dapat dipisahkan dari
manusia dan ditujukan kepada usaha
produksi. Tenaga kerja
yang bukan bertujuan
usaha produksi misalnya
tenaga untuk sport disebut langkah bebas.
Bila seorang
petani mempunyai ternak sapi yang digunakan membajak sawah, atau suatu
perkebunan yang mempunyai traktor untuk
mengolah tanah, apakah sapi dan traktor
itu termasuk faktor produksi tenaga kerja? Sapi dan
traktor itu bukan faktor
tenaga kerja, tetapi masuk dalam faktor produksi modal. Faktor produksi tenaga kerja
tidak dapat dipisahkan dari manusia, sapi dan traktor
jelas berpisah dengan manusia.
Sapi dan traktor
dapat menggantikan tenaga kerja
manusia dalam hal membajak dan mengolah tanah.
4.
Faktor Produksi Manajemen
Manajemen
sama dengan pengelolaan,
artinya kemampuan manusia
mengkelola atau
mengkombinasikan seluruh faktor-faktor
produksi dalam waktu
tertentu untuk memperoleh
produksi tertentu.
Bila dibuat
notasi :
Y =
produksi,
A = faktor
produksi alam,
C = faktor
produksi capital (modal),
L = faktor
produksi labor (tenaga kerja),
M = faktor
produksi manajemen,
maka dapat
dituliskan:
Y = f{A, C,
L, M}
f = fungsi
dari .....
Disini faktor M sebagai leading
faktor, dia mengatur masing-masing
faktor produksi A, C, L, dan kombinasi
faktor produksi: AC, AL, CL dan ACL. Produksi dapat terjadi
jika paling tidak ada 2 faktor produksi dan kombinasinya.
Y Dari beberapa
literatur (secara teori)
terdapat beberapa definisi
atau pengerti-an daripada
manajemen, antara lain adalah sebagai berikut:
Manajemen adalah
seni untuk mencapai
hasil yang diinginkan
dengan sumber daya yang
tersedia bagi organisasi. Kemampuan manajer untuk mencapai hasil melalui
orang lain menentukan dalam manajemen yang
baik. Seni bukan
ilmu, karena manajemen terkait
dengan manusia, maka
harus memandang prinsip-prinsip manajemen
sebagai persamaan yang
tidak sempurna. Setiap
organisasi
mempunyai
memiliki berbagai macam sumber daya, Manajer yang berhasil akan mengeruk hasil
/pengembalian tertinggi yang
dapat diperoleh dari
sumber daya yang tersedia.Manajemen dikonsepsikan
sebagai daya upaya
untuk mencapai hasil yang
diinginkan melalui sumber daya, dan sering disebut sebagai konsep 6 M yaitu:
Money = uang, Markets = pasar, Material = bahan, Machinery = mesin, Methods =
metode dan Man = manusia (Downey, W.D. & Steven P.E. 1992).
Ada pula
mengatakan bahwa manajemen itu
adalah ilmu. Ada tiga aliran pemikiran manajemen dalam hal ini
yaitu:
1.
1.
Aliran Klasik, yang
terdiri dari manajemen
ilmiah dan teori
organisasi Klasisk.
2.
Aliran Neoklasik (disebut juga hubungan
manusia).
3.
Aliran manajemen Modern.
Perkembangan awal
teori manajemen diawali
oleh Robert Owen
(1771-1858) dan Charles Babbage
(1792-1871). Robert Owen adalah seorang manajer beberapa pabrik pemintalan
kapas di New Lanark Skotlandia, menekankan pentingnya unsur manusia dalam produksi.
Dia membuat perbaikan-perbaikan dalam
kondisi kerja seperti pengurangan hari kerja standar, pembatasan anak- anak dibawah umur
yang bekerja dan lainnya. Dia mengemukakan bahwa melalui perbaikan kondisi
karyawanlah yang akan dapat menaikkan produksi dan keuntungan.
Charles Babbage
adalah seorang profesor
matematik dari Inggris.
Dia adalah penganjur pertama
prinsip pembagian kerja melalui
spesialisasi. Dia mencip- takan
kalkulator mekanis pertama, menganjurkan kerja sama yang mengun- tungkan antara
karyawan dan pemilik pabrik, merencanakan skema pembagi-an keuntungan.
Aliran manajemen
ilmiah (scientific management)
dipelopori oleh Frederick W.Taylor, Frank dan Lilian
Gilbreth, Henry L.Gantt, dan Harrington Emerson. Taylor disebut sebagai
bapak manajemen ilmiah.
Dalam manajemen ilmiah
sering sering diartikan dalam dua
pengertian. Arti pertama, manajemen
ilmiah merupakan metode ilmiah
pada studi, analisis
dan pemecahan masalah- masalah organisasi. Sedangkan arti kedua,
manajemen ilmiah adalah
sepe- rangkat mekasnisme-mekanisme atau teknik-teknik untuk meningkatkan kerja
organisasi (Sukanto R, 1983).
Aliran
neoklasik (hubungan manusia) muncul karena ketidak puasan pada pendekatan
klasik tidak menghasilkan
efisiensi produksi dan
keharmonisan kerja. Manajer menghadapi kesulitan-kesulitan dan frustasi karena karyawan tidak selalu mengikuti pola prilaku
yang rasional, sehingga
pembahasan sisi prilaku
manusia dalam organisasi menjadi
penting. Dalam aliran
neoklasik ini Hugo Munsterberg (1863-1916)
menyarankan penggunaan teknik-teknik
yang diambil dari
psikologi
eksperimen. Elton
Mayo (1880-1949) menyarankan
manajer berintraksi dengan bawahan. Untuk menciptakan hubungan
baik maka manajer harus
mengerti faktor-faktor sosial dan
psikologi bawahan.
Aliran
manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur pertama dikenal sebagai
prilaku organisasi sebagai
pengembangan aliran neo-
klasik. Jalur kedua dibangun
atas dasar manajemen
ilmiah, dikenal sebagai
aliran kuantitatif misalnya dengan
operation research. Orang-orang
yang termasuk dalam
aliran manajemen modern ini
antara lain adalah: Abraham Maslow,
mengemukakan hirarki kebutuhan
dalam prilaku manusia
dan dina- mika
proses motivasi. Douglas
McGregor
dikenal dengan teori X dan teori Y nya (Handoko, U.T., 1986).